Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Nova Mujiono, menjelaskan bioluminesensi merupakan fenomena emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia. Catatan tentang bioluminesensi ini sudah dibuat oleh Aristoteles sekitar 2.500 tahun lalu tentang jenis ikan dan tinta dari sotong yang menghasilkan cahaya.
Nova menjelaskan, penelitian bioluminesensi dilakukan seorang ahli serangga dari Jepang yang bernama Dr.Yata Haneda. Siput yang ditelitinya adalah jenis Quantula Striata. Cangkangnya besar dan tebal dengan ukuran tinggi 15-18mm dan lebar 21-25 mm. Siput ini ditemukan pertama kali oleh John Edward Gray pada tahun 1834 di Singapura.
Dalam penelitian yang dilakukan pada siput ini, terdapat cahaya dari siput berwarna hijau kekuningan dan memendar selama sekitar setengah detik. Panjang spektrum gelombang cahaya yang dipendarkan sekitar 515 nano meter. Cahaya ini diproduksi oleh organ Haneda yaitu kelompok sel raksasa berdiamter 0,5 mm yang terletak pada bagian bawah siput.
0 komentar:
Posting Komentar